Sudah lama sekali ingin menulis dan share keilmuan ini,
dikarenakan ada banyaknya keluhan berbagai penyakit medis maupun non medis yang
akhir-akhir ini menjangkit hampir semua kalangan masyarakat baik balita,
anak-anak, dewasa, hingga lanjut usia baik pria maupun wanita. Kali ini saya
akan mencoba membahas mengenai metode pengobatan syar’iyah atau “Thibbun Nabawi”
yang tentunya sudah dicontohkan oleh Baginda Besar Muhammad SAW. Semoga bermanfaat.
Banyak masyarakat protes
pengobatan atas nama simbol Islam dan metode yang tidak jelas asal muasalnya.
Sehingga, perlu diketahui metode dan cara pengobatan yang sesuai serta
disunahkan oleh Rasulullah SAW.
Pengobatan apa saja yang bentuknya dari ilmu tabib Cina,
Arab, rukyah, maupun modern diperbolehkan asalkan meyakini kesembuhan berasal
dari Allah SWT. Sedangkan obat, teknik pengobatan, orang yang mengobati
merupakan perantara saja. “Jika seseorang meyakini kesembuhan bukan selain
Allah SWT, dianggap syirik.”
Karena itu tetap
berhati-hatilah dalam memilih metode pengobatan. Kita haruslah tidak lantas
percaya dengan iming-iming sembuh seketika. Sebab hal itu merupakan kebohongan
besar jika ada pengobatan yang langsung menjamin kesembuhan setelah berobat.
“Kesembuhan adalah hak mutlak Allah SWT.”
Begitu juga dengan pengobatan alternatif dengan
memindahkan penyakit. Dalam pengobatan Rasul bahkan sejak Nabi Adam tidak
pernah ditemui pengobatan memindahkan penyakit ke hewan, tumbuhan, maupun
benda-benda seperti telur, batu dan lain sebagainya. “Pengobatan tersebut
merupakan kebohongan besar.”
Selain itu, orang yang mengobati juga harus berjiwa
sosial. Niatnya harus tulus mengobati bukan mencari keuntungan. Apalagi, sampai
menagih biaya hingga jutaan rupiah. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan banyak
ilmu kesehatan dan pengobatan. Kita mengetahui bahwa umumnya penyakit bersumber
dari perut sehingga kita harus menjaga kondisi lambung. Lambung harus diisi
seimbang antara makanan, air, dan udara. Satu saja tidak seimbang, pasti akan
menimbulkan masalah hingga terserang penyakit. Sesuai kaidah Rasulullah, makanan
jatahnya hanya sepertiga dari ruang lambung. “Makan jangan asal makan, perut
buncit langsung kenyang, makan pakai aturan yang Nabi ajarkan” begitu kalau
kata Nussa dan Rara.
Selain itu, Rasul juga mengajarkan konsumsi madu untuk mengobati
berbagai penyakit. Hewan lebah merupakan salah satu hewan yang sangat diistimewakan
oleh Allah SWT, sampai-sampai di dalam Al Qur’an terdapat satu surat khusus
yang dinamai Surat An Nahl yang artinya
Lebah.
“Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada
lebah, Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibangun manusia”. Kemudian makanlah dari segala (macam)
buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.” (An
Nahl, ayat 68-69).
Hasil riset ilmu kedokteran
diketahui bahwa lebah mampu memproduksi setidaknya 4 (empat) jenis cairan lebah
yang dapat dipergunakan sebagai obat, yaitu Madu, Bee Pollen, Propolis,
dan Royal Jelly yang kesemua cairan alami itu dipercaya mampu menyembuhkan
berbagai macam penyakit seperti diabetes, pembengkakan jantung, maag, asam
urat, kolesterol, masalah paru-paru, amandel, infeksi saluran kemih, bahkan
hingga mampu mengangkat kista sehingga menjadi jalan ikhtiyar untuk mendapatkan
keturunan (susah hamil).
Saat ini sudah banyak produk
kesehatan herbal yang dasar pembuatannya berasal dari (empat) cairan alami yang
dihasilkan oleh lebah. Setiap produsen kesehatan, sah-sah saja jika mengklaim produknya
sangat manjur bahkan ada pula yang berani mengklaim 21 hari pemakaian rutin
akan membuahkan hasil maksimal. Namun kembali lagi bahwa semua kesembuhan adalah
bersumber dari Allah SWT.
Selain itu, obat yang
digunakan rasul adalah habatussaudah. Habatussaudah merupakan lada hitam yang
rasanya pahit untuk mengobati segala jenis penyakit yang saat ini telah kembali
populer. Terkait bumbu makanan, Rasulullah menyunahkan menyediakan garam mentah
pendamping makanan. Karena, garam yang dicampurkan dalam makanan yang dimasak
kandungan yodiumnya akan hilang. Wallahu a’lam.
Menurut riwayat para sahabat,
Rasulullah pun melarang umat untuk menahan buang air kecil karena dapat
menganggu kinerja ginjal. Untuk itu, aturan terminal buang air kecil sebenarnya
telah dibuat.
Misal pada saat kita berwudhu, biasanya kita akan masuk
ke kamar mandi. Nah waktu-waktu berwudhu merupakan waktu yang telah diatur
sebagai terminal buang air kecil.
Terlebih ada metode pengobatan yang disunahkan saat telah
terkena penyakit. Berbekam merupakan teknik pengobatan dengan menyedot darah
beku untuk melancarkan aliran darah.
Teknik bekam ini sebenarnya telah ada sejak zaman Nabi
Ayub. Dahulu pengobatan dengan menyedot darah beku, yakni dengan sengatan lebah
dan hisapan lintah. Berkembangnya zaman, maka dibuat alat bekam yang lebih
praktis dan modern, namun insyaallah tidak mengurangi manfaat dan kaidah syar’iyah
sesuai yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
Ini adalah contoh produk herbal propolis yang saya konsumsi sampai saat ini |
0 Response to "PENGOBATAN ALA NABI "