Ini sebenarnya sudah menjadi
perkara lama, sudah basi. Tapi “disini” anehnya masih menjadi perbincangan
hangat bahkan sampai ada yang terpancing kembali untuk saling berdebat adu
dalil. Payah,,, Amrik sama Korut udah mau “adu peluru”, kita malah masih sibuk
adu dalil dan adu hadist, mau jadi apa negara kita,, haha
Yups, kita akan menemui
fenomena besar setiap tahunnya yang mana hampir banyak kalangan baik anak-anak,
orang tua, pria dan wanita, akan hadir ke masjid di satu malam utama yaitu Malam
Nisfu Sya’ban. Kenapa malam utama ? Jawabannya googling aja sendiri, sudah
banyak forum yang membahasnya. Tapi yang menarik disini adalah mereka yang
hadir ke masjid di waktu sholat maghrib itu tak sedikit yang datang sambil menenteng
Al Qur’an atau buku Yasin, dan tentunya sebotol air minum. Selepas sholat
maghrib jamaah akan dipimpin oleh imam membaca Surat Yasin sebanyak 3 x dengan
3 niat yang berbeda di setiap pembacaannya. Dan air minum yang dibawa tadi
diletakkan didepan para jamaah dengan harapan menjadi air berkah, ada yang
mengatakan air nisfu.
Nah yang menariknya adalah
kegiatan dan praktek ritual di malam nisfu sya’ban inilah yang menjadi
perdebatan sengit atara “golongan sarung dan golongan gamis”. Sama-sama gak mau
ngalah, sama-sama ngotot, dan yang pasti sama-sama punya dalil dan hadist
sebagai senjata debat. Yang satu bilang haram, yang satu bilang sunnah, yang
satu bilang boleh-boleh saja. Oleh karena itu saya akan coba bahas sedikit
pengetahuan yang sudah saya miliki mengenai amaliyah di Malam Nisfu Sya’ban.
Malam Nisfu Sya’ban disini
adalah malam ke 15 di Bulan Sya’ban, dan sebelum membahas jauh mengenai amalan
di malam Nisfu Sya’ban ada beberapa keutamaan Malam Nisfu Sya’ban itu sendiri. Kelebihan
Malam Nisfu Sya’ban itu telah disebutkan di dalam hadist shahih dari Mu’az bin
Jabal dari Rasulullah SAW,
“Allah memandang kepada semua
makhlukNya di Malam Nisfu Sya’ban, maka diampunkan dosa sekalian makhlukNya
kecuali orang yang menyekutukan Allah atau orang yang bermusuhan.” (Hadist
riwayat Ibnu Majah, atThabrani dan Ibnu Hibban).
Di Malam Nisfu Sya’ban juga
adalah diantara malam-malam yang dikabulkannya doa. Hal ini disampaikan oleh
Imam Syafi’i : “Telah sampai kepada kita bahwa dikatakan : sesungguhnya do’a
dikabulkan pada lima malam, yaitu : pada malam Jum’at, malam Hari Raya ‘Idul
Adhha, malam Hari Raya ‘Idul Fitri, malam pertama di Bulan Rajab, dan malam
Nisfu Sya’ban.”
Malam nisfu sya’ban merupakan
malam yang penuh rahmat dan pengampunan dari Allah SWT, dan hal ini berdasarkan
hadist shahih yang diriwayatkan oleh Mu’az bin Jabal diatas.
Itu baru keutamaan di Malam
Nisfu Sya’ban saja, belum lagi ada keutamaan di Bulan Sya’ban itu sendiri.
Mengenai amaliyah di Malam
Nisfu Sya’ban yang banyak dikerjakan oleh banyak orang orang saat ini memang
tidak pernah dilakukan di masa Rasulullah SAW hidup, namun amaliyah tersebut dikerjakan
di masa atau zaman tabi’in dari penduduk Syam. Hal ini pernah diterangkan oleh
Al Qostholani dalam kitabnya Al Mawahib Al Ladunniyah, bahwasanya para tabi’in
dari penduduk Syam seperti Khalid bin Ma’dan dan Maklul, mereka beribadah
dengan sungguh-sungguh pada Malam Nisfu Sya’ban. Maka dengan perbuatan mereka
inilah banyak orang ramai-ramai menghidupkan malam tersebut dengan memperbanyak
ibadah.
Para tabi’in tersebut
menghidupkan Malam Nisfu Sya’ban dengan dua cara, yaitu : pertama, sebagian
dari mereka datang ke masjid dan berjaga di malam harinya hingga datang pagi
hari (qiyamullail) dengan memakai wewangian, bercelak mata, dan berpakaian yang
terbaik. Kedua, sebagaian lainnya melakukan dengan menyendiri, mereka melakukan
ibadah dari malam hingga pagi hari dan memperbanyak do’a dengan cara
bersendirian.
Jadi apapun cara kita saat ini
bahkan juga dikerjakan oleh para orang-orang tua kita terdahulu di Malam Nisfu
Sya’ban seperti membaca Surat Yasin, berzikir, beristighfar, bersholawat, berdo’a
dan lain sebagainya baik itu di masjid secara beramai-ramai maupun di rumah secara
sendiri adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang dikerjakan oleh para tabi’in
itu tadi.
Namun yang menjadi
permasalahan adalah mengenai sholat sunnah khusus Nisfu Sya’ban. Hal ini lah
yang akhirnya berlaku khilaf antara ulama-ulama kita, ada yang mensabitkannya
seperti Hujjatul Islam Al Imam Al Ghozali, namun ada pula yang memandangnya
sebagai perkara bid’ah yang keji. Sekali lagi khilaf ini berlaku pada
pengkhususan sholat yakni memandang bahwa adanya sholat khusus di malam Nisfu
Sya’ban seperti sholat tarawih atau sholat sunnah khusus lainnya. Nah untuk
keluar dari khilaf ini, bagi siapa saja yang hendak sholat sunnah di malam
Nisfu Sya’ban itu maka lakukanlah sholat-sholat sunnah lainnya seperti sholat
sunnah Ba’diyah Maghrib, atau sholat dhuha, sholat taubat, dan lainnya. Jadi tidak
ada niat khusus untuk sholat sunnah Nisfu Sya’ban.
Dan selanjutnya adalah air
minum yang dibawa ke masjid di malam Nisfu Sya’ban. Hal ini tidak ada dalil,
fatwa, dan apapun yang mewajibkan dan mengharamkan perkara ini. Jadi jangan
sampai salah persepsi apalagi sampai salah niat mengenai air minum yang di bawa
bahkan terkesan dibaca-bacakan Surat Yasin agar air menjadi berkah dan
mengandung khasiat seperti untuk pengobatan dan sebagainya. Niatkan saja
membawa air minum ke masjid dengan tujuan untuk diminum ketika haus karena
ritual malam Nisfu Sya’ban memakan waktu cukup lama. Terlebih lagi jangan
sampai air minum yang dibawa dari rumah sengaja tidak diminum di masjid sampai zikir
dan tahlil selesai padahal sangat kehausan, ini sudah menjadi perilaku
mendzolimi tubuh sendiri.
Terakhir sebagai penutup, Malam
Nisfu Sya’ban memiliki keistimewaan dibandingkan malam-malam lainnya. Alangkah baik
dan mulianya jika kita hidupkan dengan kegiatan yang mengandung unsur ibadah. Apapun
jenis dan macam ibadahnya, pada dasarnya sah-sah saja. Yang suka dengan zikir
dan tahlil silakan kerjakan karena itu baik, yang suka dengan berkholwat atau
menyendiri di suatu tempat sambil memperbanyak tafakur silakan kerjakan karena
itu baik, yang suka dengan membaca kisah Maulid Nabi, manaqib, ratib, dan
lain-lain silakan kerjakan karena itu baik, atau yang suka dengan ibadah dan
amaliyah lainnya seperti bershodaqoh mengundang anak-anak yatim ke rumah dan
lain sebagainya silakan kerjakan karena itu baik. Semoga kita terhindar dari
perbuatan yang keji dan tercela di Malam Nisfu Sya’ban. Na’udzubillahi min
dzalik.
Selesai.
0 Response to "Ritual Malam Nisfu Sya'ban ? mana dalilnya ?"